Minggu, 22 November 2009

Pdt. Dr. Erastus Sabdono : Gereja Harus Menjadi Pusat Pendidikan Teologi

Ditengah maraknya perkembangan pendidikan teologi formal di berbagai tempat, Gembala Sidang GBI Rehobot dan Pimpinan Rehobot Ministry, Pdt. Dr. Erastus Sabdono, M.Th justru menyatakan sebaliknya. Gereja yang selama ini dipandang hanya sebagai “pasar” dari produk hamba Tuhan yang dihasilkan oleh Institusi Teologi justru harus menjadi pusat dari pendidikan teologi.

“Agar pelayanan pengajaran yang merupakan kunci dasar dari optimalisasi pembinaan jemaat dapat berhasil dengan baik, gereja harus menjadi pusat pendidikan teologi. Jemaat yang ada digereja hendaknya dididik dengan standarisasi pendidikan teologi yang baik, agar mereka dapat menjadi pewarta kebenaran yang baik,” ungkap Erastus yang juga pemilik 2 gelar doktor ini.

Hal tersebut dinyatakan Erastus dalam sebuah wawancara dengan Tabloid Gloria, di sela-sela acara seminar dalam rangka Ulang Tahun Radio Sola Gracia Malang beberapa saat lalu. Adapun acara ini sendiri diadakan di GPdI Lembah Dieng, Malang.

Dalam pernyataannya, Erastus yang juga mantan Rektor Seminari Bethel Jakarta (ITKI Jakarta) ini menyatakan bahwa pembinaan teologi yang diselenggarakan di gereja jauh lebih efektif dibandingkan pembinaan di institusi teologi. Hal ini terjadi karena di gereja, dari sisi waktu maupun kedekatan jemaat dan pimbina jauh lebih lama dan dekat.

“Sekarang kalau di seminari atau institusi teologi paling lama interaksi waktunya kan Cuma 5 tahun, tapi kalau di jemaat, terutama jemaat dalam karakteristik tertentu, dimana jemaat tinggal dalam waktu lama di gereja, durasi waktu dan kedekatannya kan lebih lama. Nah kalau sudah begini kan lebih optimal jika pembinaan dilakukan di gereja atau jemaat?” imbuh Pak Eras (Panggilan akrab Pdt. Erastus Sabdono).

Selain dari sisi durasi waktu dan kedekatan, pembinaan teologi di lingkungan jemaat atau gereja dipandang penting karena kebutuhan jemaat. Menurutnya jemaat merupakan pribadi yang langsung berinteraksi dengan dunia umum sehingga tantangan yang dihadapi terhadap iman mereka semakin nyata.

“Kalau kita mau jujur, hamba Tuhan ini kan kebanyakan dibelakang layar dan kurang berinteraksi langsung dengan kehidupan nyata. Yang lebih banyak menghadapinya kan jemaat. Jadi tidak ada jalan lain mereka harus dibekali sedemikian rupa agar dapat mengoptimalkan pemahaman iman dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan dan tantangan yang mereka hadapi,” tutup Erastus Sabdono(Copyright@yosua/Tabloid Gloria).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut